Berikut
hasil wawancara tentang dinasti partai politk, politik uang, peran gender di
dunia politk, dan perpolitikan di Indonesia.
Dunia
politik di Indonesia akhir – akhir ini kerap muncul fenomena politik dinasti,
atau bisa juga disebut dengan politik turun – temurun. Keluarga yang terlibat
dalam politik ini biasanya tidak mau menggeser kekuasaannya kepada orang lain
dan cenderung untuk melakukan apapun demi mempertahankan kekuasaannya tersebut.
Contoh kasus yang terjadi dalam masyarakat kita yaitu, kasus yang menjerat
bupati Banten dan bupati Bangkalan. Tindakan yang dilakukan kedua bupati
tersebut cukup berhasil, mengingat bahwa dua periode pemilukada mereka berhasil
memertahankan kekuasaannya. Namun sayangnya tidak lama setelah itu salah satu
dari merek terjerat kasus korupsi dan alhasil tongkat estafet kekuasaan turun –
temurun tersebut mandek sudah. Dapat kita ketahui dari contoh diatas bahwa
dampak yang bisa ditimbulkan oleh politik dinasti yaitu, korupsi dan bisa jadi
sampai penyalahgunaan kekuasaan. Setelah memperhatikan contoh kasus tersebut
sudah dapat kita simpulkan bahwa politik dinasti sangatlah tidak baik, meskipun
pelaku politik dinasti tersebut merupakan orang yang bijaksana dan baik. Karena
kita menilai dari sebuah sistim politik tersebut dibangun dengan pondasi yang
kurang baik dan mungkin dengan cara yang salah, jadi kita menilai bukan dari
siapa yang menjalankan system politik tersebut, melainkan kita menilai dari
mana system politik tersebut dibangun atau dibentuk.
Berbicara
mengenai politik dinasti tidak lengkap rasanya jika kita tidak sekalian
berbicara mengenai politik uang atau money
politic. Karena di dalam politik dinasti pasti kita akan menjumpai poiltik
uang, hal ini disebabkan oleh para pelaku politik dinasti yang mencoba untuk
mempertahankan kekuasaannya dengan cara kotor atau dengan cara mempengaruhi
masyarakat dengan menggunakan uang dan sembako. Tindakan tersebut semata – mata
hanyalah sebagai pencitraan supaya masyarakat menenteukan hak pilihnya untuk
memilih pelaku politik dinasti tersebut. Jadi dapat dikakatan untuk sekarang
ini siapa yang mempunyai banyak uang dialah yang akan memenangkan sebuah
pemilu. Bersamaan saat itu pula partai politik telah berubah fungsinya, paratai
politik yang harusnya memberikan pembelajaran politik kepada masyarakat, tapi
saat ini telah banyak yang berubah fungsinya sebagai makelar politik. Konsep
dari makelar politik disini adalah dimana pelaku politik yang mempunyai uang
yang paling banyak dialah yang akan menjadi calon dari partai tersebut. Jika
hal tersebut terus – menerus terjadi tidak menutup kemungkinan Indonesia
kedepannya akan dipimpin oleh para mafia – mafia politik. Disinilah peran
generasi muda dan para generasi kritis sangat dibutuhkan guna memperbaiki
politik Indonesia yang sudah bisa dibilang bobrok.
Di
dalam politik biasanya kita pernah mendengar istilah birokrasi, dan birokrasi
yang sering kita jumpai sekarang ini adalah politik praktis. Birokrasi yang
menilai dari siapa yang mempunyai uang banyak dan siapa yang lebih dekat dengan
seorang yang dianggap sebagai pemimpin akan dipermudah jalannya dalam
berpolitik. Tidak hanya di dunia politik namun di dunia pendidikan juga
mengenal konsep birokrasi atau bisa juga disebut birokrasi sekolah atau kampus.
Birokrasi ini menilai seorang individu dari jenjang karir, masa kerja, dan
pengalaman di dalam dunia pendidikan.
Politik
di Indonesia saat ini dan dahulu sebelum adanya reformasi sangat berbeda jauh,
dahulu pada saat reformasi politik Indonesia lebih berpusat pada DPR RI dan memiliki
system politik yang kuat. Yang pada saat itu DPR RI menggerakkan DPRD dan DPRD
bertugas menggiring masyarakat untuk
memilih partai tertentu. Contoh kasus, di era orde baru para pegawai negeri
digiring oleh DPRD untuk memilih partai Golkar. Sebuah system politik tersebut
berubah setelah reformasi, dimana pada saat itu bermunculan parta – partai baru
atau juga biasa dikenal dengan multi partai. Di era ini masyarakat kita diberi
kebebasan untuk memilih partai sesuai hati nurani mereka, akan tetapi di waktu
yang bersamaan lahir pula taktik berpolitik kotor dengan cara mempengaruhi
masyarakat untuk memilih partai tertentu dengan cara memberi uang, sembako, dan
melakukan pencitraan dengan cara sesekali melakukan blusukan di tempat – tempat
tertentu. Sebagai pemilih yang cerdas hendaknya kita berani melaporkan dan
menolak tindakan kotor tersebut, agar kita bisa memilih pemimpin yang layak dan
sesuai harapan kita. Salah satu cara yang dapat kita gunakan untuk bisa memilih
pemimpin yang baik dan layak yaitu dengan cara mengetahui track recordnya di
dalam dunia perpolitikan. Dengan demikian kita bisa yakin dan lebih tepat dalam
menentukan hak pilih kita.
Untuk
saat ini peran gender dalam politik belum terlau diakui dan dianggap oleh
pelaku politik lainnya, bahkan belum terlalu mendapat tempat di dalam
perpolitikan kita atau bisa juga dikatakan masih tersubordinasi. Jika ada
politikus perempuan yang aktif di perpolitikan kita justru malah dianggap aneh
dan terasa kurang pantas. Akan tetapi di Malang saat ini sudah mulai terbuka
atau mulai adanya kesempatan bagi kaum perempuan untuk mendapatkan tempat dalam
berpolitik, seperti halnya politikus perempuan yang aktif di Malang saat ini
yaitu ibu Yakud Ananda yang menjabat sebagai DPR Malang dari partai PKB. Saat
ini jejak beliau juga telah diikuti oleh beberapa politikus perempuan lainnya.
Mungkin hal ini juga bisa saja disebabkan dengan banayaknya pergurauan tinggi
yang ada di Malang yang mendesak agar para perempuan juga bisa terlibat dalam
politik. Namun jika kita menengok ke daerah pinggiran kota fenomena seperti itu
masih sangat jarang kita jumpai, jika ada biasanya politikus tersebut dibawa
oleh anggota keluarganya dan hal tersebut belum bisa menunjukkan kapabilitasnya
sebagai seorang perempuan. Jadi untuk saat ini tugas dari seorang pengkaji
gender yaitu menyadarkan para pelaku politik agar para perempuan tersebut bisa
masuk dan menjadi bagian dari mereka. Selain itu juga, harapan kedepannya untuk
politik di Indonesia saat ini adalah bisa terwujudnya demokrasi yang dewasa,
demokrasi yang bersih tanpa politik uang dan yang lainnya serta demokrasi yang
sesuai dengan hati nurani masyarakat kita yang mengaharapkan kesejahteraan bisa
terwujud. Bukan hanya karena para elite politik yang saling bersaing merebutkan
dan mempertahankan kekuasaan hingga rakyat yang menjadi korban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar